Tersirat kenangan di balik tirai biru yang teramat cantik menghiasi teras rumahku, membiaskan cahaya keemasan dari matahari senja yang tampak semu dibalik kerumunan awan.
Aku memandangi foto terakhirku bersama Vena di taman rumahku, dan juga saat kami berjalan-jalan menonton bioskop, tak terasa sudah sepuluh hari semenjak Vena meninggalkanku di sini sendirian, masih kuingat senyumannya yang selalu menemaniku dari balik tirai biru ini.
Aku tau ini yang terbaik untuknya, ia telah sangat menderita semenjak Kanker Uretra menyerangnya sekitar dua bulan yang lalu, pada saat itu Vena sedang dalam kondisi lemah dan sel kanker itu membuat ginjalnya meradang dan ia sangat kesakitan saat akan buang air kecil.
Semenjak itu, aku selalu bersamanya dan menemaninya siang dan malam, mengingat ia adalah anak yatim piatu dan ia tidak memiliki saudara yang mengunjunginya, bahkan aku sempat membolos hingga seminggu untuk menemaninya, dan mataku sudah membengkak akibat kurang tidur dan terlalu banyak menangis.
Doaku selalu terpanjat pada Tuhan Yang Maha Esa agar ia sembuh, tetapi tiap kali ia mulai kuat, kanker itu menyerangnya kembali, tetapi yang aku kagumi darinya adalah, ia tetap teguh berdoa dan memberikan senyuman termanisnya padaku, sayang, ia tidak memiliki banyak sahabat karena ia tidak terlalu lancar dalam berbahasa Indonesia dan bahasanya masih susah dimengerti oleh teman-teman sekelas kami.
Aku sangat menghargai usahanya untuk tetap bersamaku, menjaga agar ia selalu mendengar tawaku, dan aku semakin tidak kuat menahan air mataku tiap kali melihat badannya semakin tampak lemas terbaring di rumah sakit.
Setidaknya, aku bersyukur Vena mendapatkan askes dari asuransi ibunya yang kini pergi entah kemana.
Dan akhirnya, sepuluh hari yang lalu, aku mengikhlaskan ia pergi, tidak akan kutahan meski aku tidak rela, aku lebih tidak tega melihatnya dalam penderitaan ini.
Selamat tinggal Vena, kuharap kau tenang di sana...
:)
by: Kristina Andita Pradani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar