Minggu, 25 Maret 2012

Susah Cari Polisis Jujur

Istilah tersebut memang sudah menyebar dan membuat nama serta citra kepolisian buruk di mata masyarakat.
Nggak semua polisi itu buruk! Beneran lho, masih ada beberapa polisi-polisi yang jujur di antara sekian banyak polisi yang tidak jujur meski perbandingannya adalah 1:100 jadi kemungkinan dalam satu wilayah, bisa nggak ada bisa saja ada polisi yang masih jujur.
Contohnya ini (kisah nyata) dari kepolisian wilayah Surabaya, teman ayah saya, namanya Bu Andreas ini pernah melapor ke polisi dan dirugikan banyak, kok bisa? Ini ceritanya:
Keponakan Bu Andreas ini meminjam motor Bu Andreas dalam jangka waktu yang lama, karena saudara, ia membiarkan saja, tetapi Bu Andreas ingin keponakannya disiplin dan ingin memberi pelajaran padanya bahwa segala sesuatu yang dipinjam itu harus tepat waktu pengembaliannya, maka Bu Andreas melaporkan sejujur jujurnya orang jujur tentang kejadian ini pada polisi, kemudian polisi menyimpan berkasnya dengan berkata bahwa laporan ini akan segera diproses.
Lama... ya lumayan lama... prosesnya, eh, keponakannya mengembalikan motor pada Bu Andreas dan ia pun meminta pada polisi agar berkasnya dicabut, tetapi polisi tersebut tidak mau dan katanya sudah selesai diproses, akhirnya polisi tersebut bersedia tetapi... ia meminta imbalan uang? What the...? Apaan ini? Nggak ikhlas banget nolongnya? Jumlah yang diminta itu nggak kecil! Trus tu polisi tetap nahan STNK motornya Bu Andreas tersebut, padahal sebenarnya kasusnya sudah selesai, kan kayak di film-film itu, biasanya kalau si polisi kasusnya sudah selesai dengan sendirinya misalnya dengan jalan damai begitu, mereka ikut senang dan taraaa... beres, eh kok yang ini maunya ribet terus? Dan tiap kali motor tersebut dibawa keluar rumah terutama ke jalan besar, Bu Andreas ini harus melapor pada polisi dan polisi tersebut meminta uang untuk ”keamanan” katanya sih demikian.
Wih, bayangin aja mau ke rumah temen yang jaraknya kira-kira 2km dan bawa banyak barang, itu aja harus lapor, mau njenguk temen juga harus lapor, mau ke tempat ibadah ya harus lapor juga, ya kalau Cuma lapor doang, lapornya harus pakai bayar segala.
Akhirnya, ia berniat menjual motor yang masih terbilang baru itu dengan harga 6-7 jutaan, padahal di pasaran, harga motor bekas tersebut bisa mencapai 9-10 jutaan (nggak sebut merk) yang pasti masih bagus deh, tapi dijualnya sebagai motor tanpa STNK, eh si polisi tadi mau beli dengan harga Rp 500.000 saja! Gila! Tu polisi nggak bisa ngitung apa memang lagi malakin korban ya? Itu motor pak bukan hp bekas! Harga hp BB atau Nokia bekas aja bisa-bisa masih 700an meski itu hp curian, wih citranya benar-benar hancur!

Tapi ada juga yang masih baik, kebetulan aja aku pernah lapor ke polisi soal kehilangan kamera di polisi, eh polisinya baik-baik aja, nggak minta uang, trus malah bilang kalau aku mesti waspada kalau berkasnya sampai masuk ke laporannya polisi karena aku bisa habis banyak, akhirnya polisi tersebut menyarankan agar aku nggak buat kasus untuk dimasukin ke laporan polisi, katanya kasihan, cari uang halal itu sulit, ya udah deh, aku ikhlasin aja, daripada nanti jadinya lebih mahal.

Tuh kan, nggak semua polisi buruk, tapi Cuma 1:100 aja, jadi hati-hati kalau polisi yang kelihatannya ”baik-baik” itu bilang berkasmu mau dimasukkin ke dalam laporan polisi, bahkan jika kamu menjadi orang terjujur di dunia yang menyampaikan semua bukti dengan jujur, si polisi bisa saja membuat kamu membayar banyak, ingat nggak tayangan di trans TV dulu yg judulnya KPK? Itu kan sebenarnnya bagus, tetapi kenapa sudah nggak ada lagi? Mungkin saja disuruh setop karena bisa-bisa citra pemerintahan turun, tapi bisa juga karena nggak ada kasus yang sudah selesai, karena mereka bekerja terselubung dan bersama-sama.


BY : Kristina Andita Pradani